Maqamat dalam Tasawuf: Tawakal & Mahabbah
> Pengertian Maqomat Dalam Dunia Tasawuf
Maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam, yang secara bahasa berarti pangkat atau derajat. Dalam bahasa Inggris, maqamat disebut dengan istilah stations atau stages.
Menurut istilah ilmu tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba di hadapan Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadat dan lain-lain, latihan spritual serta (berhubungan) yang tidak putus-putusnya dengan Allah swt.
> Pengertian Tawakal Dan Mahabbah
Pengertian Tawakal
Kata “penyerahan diri sepenuhnya kepada allah” dalam bahasa agama disebut tawakal. Tawakal merupakan tempat persinggahan serta tempat ketergantungan kita terhadap Allah swt.
Tawakal yaitu menyerahkan keputusan segala perkara, ikhtiar dan usaha kepada allah swt. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tawakal adalah penyerahan segala perkara, ikhtiar, dan usaha yang dilakukan kepada Allah swt serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya untuk mendapatkan kemashlahatan atau menolak kemudhorotan.
Menurut Quraish Shibah, tawakal bukan berarti penyerahan mutlak kepada allah swt, tetapi penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha manusiawi.
Menurut M. Yunan Nasution apabila segala ihktiar sudah dilakukan, barulah berserah diri kepada allah swt, dan tawakal itu pun tidak boleh secara total menghentikan usaha atau ikhtiar.
Pengertian Mahabbah
Mahabbah berasal dari kata Ahabbah-Yuhibbu-Mahabbatan, yang berarti mencintai secara mendalam.
Secara istilah mahabbbah terdapat perbedaan menurut kalangan sufi, karena persepsi mereka ungkapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Pendapat kaum Teologi yang diberikan kepada manusia, kemudian keinginan manusia ingin menyatu dengan tuhan juga perasaan berbakti dan bersahabat seseorang kepada lainya. Pengertian tersebut bersifat umum sebagaimana yang dipahami masyarakat bahwa ada cinta Tuhan kepada manusia dan sebaliknya, ada mahabbah manusia kepadanya dan sesama.
> Dalil Tawakal Dan Mahabbah
Dalil tentang Tawakal
Al-Ghazali menyebutkan dalil-dalil kewajiban dan keutamaan tawakal kitab ihya’ ‘ulum al-Din. Di antaranya adalah :
a). QS. Al-Maidah [5] ayat 23.
b). QS. Ibrahim [14] ayat 12.
c). QS. Ali-Imran [3] ayat 159.
Menurut dalam Sunan al-Turmudzi, disebutkan: Artinya : “Dari ‘Umar ibn al-Khaththab, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. berkata sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, pasti Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada Burung, pagi hari pergi dalam keadaan lapar dan sore hari pulang dalam keadaan kenyang.
Dalil tentang Mahabbah
Di dalam Al-Qur'an terdapat dalil-dalil yang menerangkan tentang mahabbah, diantaranya:
a). QS. Ali Imran [3] ayat 31
b). QS.al- shaff [61] ayat 4
Dalam hadist juga terdapat riwayat yang menerangkan tentang mahabbah, diantaranya:
a). Hadits Riwayat Abu Hurairah r. a :
Artinya : “ Barangsiapa yang senang bertemu kepada Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Barangsiapa yang tidak senang bertemu Allah, maka Allah pun juga tidak senang bertemu dengannya”. ( HR. Bukhori)
b). Hadits Riwayat Anas bin Malik :
Artinya : “ Barangsiapa yang menghina wali-Ku ( kekasih-Ku ), sesungguhnya ia telah terang-terangan memerangi-Ku. Tidaklah Aku ragu-ragu melakukan seperti Keraguan-Ku ketika mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman. Dia benci kematian dan saya tidak mau menyakitinya, sedangkan kematian itu pasti ada. Tidak ada sesuatu yang paling Aku sukai yang bisa mendekatkan hamba-Ku dengan-Ku lebih dari melakukan kewajiban yang Aku perintahkan kepadanya. Dan senantiasa mendekati-Ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunat sampai Aku mencintainya. Dan barangsiapa yang telah Aku cintai, maka Aku mendengar, melihat, menolong, dan mendukung-nya.”.
> Macam-Macam Tawakal dan Mahabbah
Macam-Macam Tawakal
•) Tawakal dibagi menjadi dua macam yakni :
1). Tawakal kepada Allah
2). Tawakal kepada selain Allah
•) Macam-macam tawakal kepada Allah dibagi menjadi empat yakni:
a). Tawakal kepada Allah dalam istiqomah dirinya dengan pemurnian tauhid.
b). Tawakal kepada Allah dalam penegakan agama Allah di muka bumi.
c). Tawakal kepada Allah ingin mendapatkan berbagai hajat dan bagian duniawi.
d). Tawakal kepada Allah dalam rangka mendapatkan dosa dan kekejian.
•) Macam-macam tawakal kepada selain Allah terbagi menjadi dua yakni :
a). Tawakal bernuansa syirik
Tawakal bernuansa syirik terbagi menjadi dua yakni :
Pertama, tawakal kepada selain Allah ta’ala dalam hal yang tidak mampu mensikapinya selain Allah azza wa jalla, “seperti halnya orang-orang yang bertawakal kepada orang-orang yang telah mati dan para thaghut dalam rangka menyampaikan harapan tuntutannya berupa pemeliharaan, penjagaan, rezeki dan syafa’at.
Kedua, tawakal kepada selain Allah berkenaan dengan perkara-perkara yang dimampui sebagaimana yang ia kira oleh orang yang bertawakal tersebut. Ini adalah syirik kecil.
b). Perwakilan yang diperbolehkan
Yaitu ketika seseorang mewakilkan suatu pekerjaan yang dimampui kepada orang lain. Dengan demikian orang yang mewakilkan itu mencapai sebagian apa yang menjadi tuntutannya.
Macam-Macam Mahabbah
•) Mahabbah ada empat jenis yakni:
1). Mahabbah kepada Allah, yaitu cinta yang merupakan dasar iman dan tauhid.
2). Mahabbah karena Allah, yaitu mencintai nabi-nabi, rasul-rasul dan hamba-hamba–Nya yang sholeh serta mencintai apa yang dicintai Allah berupa amalan, waktu, tempat dan sebagainya.
3). Mahabbah bersama Allah, yaitu kecintaan orang-orang musyrik terhadap tuhan-tuhan dan sembahan-sembahan mereka seperti pohon, batu, manusia dan lain lain yang merupakan asal dan dasar dari syirik.
4). Mahabbah naluri terbagi menjadi tiga macam yakni :
a). Cinta penghormatan dan penghargaan, seperti cinta pada orang tua.
b). Cinta kasih sayang dan rahmat, seperti kecintaan kepada anak.
c). Cinta yang memiliki oleh semua orang.
> Tingkatan Tawakal dan Mahabbah
Tingkatan Tawakal
Tingkatan tawakal berdasarkan kekuatan dan kelemahannya yaitu :
a). Pertama, yaitu keadaan dimana anda meyakini kebenaran bahwa Allah membantu dan menolong hamba-Nya, sebagaimana anda mempercayai orang yang menjadi wakil anda.
b). Kedua, tingkatan yang lebih tinggi, keadaan dimana anda merasa bersama Allah bagaikan anak dalam dekapan sang ibu. Jadi, jika anda menghamba kepada Allah, meyakini segala sesuatu datang dari-Nya, percaya dan bersandar kepadaNya layaknya seorang bayi kepada ibunya, maka tawakal anda sudah benar.
c). Ketiga, tingkatan ini merupakan tingkatan tertinggi yakni keadaan dimana anda memosisikan diri dihadapan Allah layaknya jenazah di depan orang yang memandikan nya, atau seperti anak kecil yang hendak dipisahkan dari ibunya. Anda merasa mati ketika jauh dari-Nya
Tingkatan mahabbah
Tingkatan mahabbah (cinta) menurut al-sarraj, cinta (mahabbah) terbagi menjadi tiga tingkatan yakni :
a). Cinta biasa
Selalu mengingat tuhan dengan dzikir, suka menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan tuhan.
b). Cinta orang yang shidiq
Orang yang kenal kepada tuhan, pada kebesaranNya, pada kekuasaan-Nya, pada ilmu-Nya dan lain lain.
c). Cinta orang yang arif
Orang yang mengenal betul pada tuhannya. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai
Cinta karena Allah dan RosulNya memiliki dua tingkatan yaitu
Pertama, wajib. Tingkatan ini dimiliki oleh porang-orang yang berbeda dalam tingkat menengah dalam beribadah (muqtashid). Orang muqtashid menjadikan Allah dan Rosul-Nya sebagai sesuatu yang paling dicintai dari segala sesuatu yang lain.
Kedua, sunnat atau mustahabbah. Tingkatan ini dimiliki oleh orang-orang terdepan dalam beribadah (sabiqun). Orang-orang terdepan (sabiqun) ini mencintai secara sempurna semuaamal sunnat dan memiliki keutamaan.
Kesimpulan
Dalam menjalani kehidupan didunia ini, hendaknya senantiasa bertawakal dan mencintai ibadah, karena hal itu merupakan sikap yang dicintai oleh SWT yang dilakukan oleh hamba-Nya. Dengan kita banyak bertawakal dan cinta kepada-Nya, maka Allah akan mencintai hambanya dan Allah SWT pasti akan menunjukkan jalan yang terbaik untuk kita, memberikan ganjaran yang dapat menjadikan kita hamba yang sholeh serta memberikan kita derajat yang tinggi di mata Allah SWT
Komentar
Posting Komentar