Tokoh – tokoh Tasawuf


》Tokoh Tasawuf pada Masa Klasik

Pada masa klasik atau pada fase abad pertama Hijriyah disebut sebagai fase ke-zuhud-an. Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah daripada bersifat pemikiran. Sekelompok muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya hanya    pada pelaksanaan   ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat.  Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan minum, menyedikitkan tidur, dsb

Tokoh tasawuf pada masa ini diantaranya sebagai berikut:

1. Hasan Al-Bashri

Nama lengkap beliau adalah Abu Said Al-Hasan bin Yassar Al- Bashri. Lahir pada tahun 21 H. Nama ibunya Khairah. Beliau adalah ulama besar, imam besar dan seorang tabi’in besar. Beliau juga seorang ahli tafsir, ulama fiqih, ahli ibadah, dan ulama ahli sunnah. Beliau juga seorang imam besar di Bashrah. Wafat pada tahun 110 H di Bashrah.

Kata-kata beliau yang mengandung hikmah diantaranya:

a. Carilah manisnyaamal   pada 3 perkara, maka   apabila telah mendapatkannya bergembiralah dan teruskan mencapai tujuannya, dan apabila kamu belum dapat ketahuilah bahwa pintu masih tertutup, yaitu ketika membaca Al-Qur’an, berdzikir  dan ketika sujud.

b. Siksa bagi   orang   alim   adalah matinya hati.   Ketika ditanya: “bagaimana matinya hati itu?” Jawabnya: “mencari dunia dengan amal akhirat”.

c. Tuntutlah ilmu tapi jangan melupakan ibadah, dan  kerjakanlah ibadah tapi jangan lupa pada ilmu


2. Ibrahim bin Adham

Nama lengkapnya adalah Abu Ishak Ibrahim bin Adham.   Beliau berasal dari keluarga bangsawan Arab. Lahir di Balkh (wilayah Khurasan). Beliau pernah tinggal beberapa lama di gua, kemudian pergi ke pasar membawa kayu bakar dan menjualnya. Hasil penjualan kayu bakar tersebut, disedekahkan kepada orang-orang miskin. Pernah juga  bekerja  dengan teman-temannya. Beliau seorang ahli tasawuf. Meninggal dunia pada tahun 161 Hijriyah, ada pula yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 165 H.

Kata-kata beliau yang mengandung hikmah  antara lain:

“Seorang tidak akan mencapai derajat kesalehan kecuali melalui  6 rintangan;

- Menutup pintu kemuliaan dan membuka pintu kehinaan

- Menutup pintu nikmat  dan membuka pintu kesukaran

- Menutup pintu istirahat dan membuka pintu kesukaran

- Menutup pintu tidur dan membuka pintu jaga

- Menutup pintu kekayaan dan membuka pintu kemiskinan

- Menutup pintu harapan dan membuka pintu untuk   persiapan menghadapi maut


3. Rabi’ah al-Adawiyah

Rabi’ah al-Adawiyah azdalah ulama wanita   yang   ahli   tasawuf. Ajaran tasawuf Rabi’ah al-Adawiyah berisi “cinta dan  kasih” yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan Hadits.

Pada masa mudanya beliau adalah seorang penyanyi (biduanita) yang terkenal.  Kemudian beliau insaf dan bertobat kepada Allah SWT. Dengan taufik dan hidayah   Allah beliau menjadi orang saleh, menjadi ahli tasawuf terkenal bahklan sampai menjadi wali.  Beliau wafat   pada tahun   135 H. 

Kata-kata beliau yang mengandung hikmah  antara lain:

a. Alangkah sedikitnya rasa sedihku. Bila engkau benar-benar merasa sedih, maka tidak akan ada kesempatan untuk bersuka-suka.

b. Permohonan ampun kita itu memerlukan pengulang-ulangan  yang banyak  sekali


》 Tokoh Tasawuf  pada Masa Pertengahan

Pada masa pertengahan ini disebut sebagai fase tasawuf, dimana praktisi kerohanian pada awal abad 3 Hijriyah mendapat sebutan Sufi. Kemudian muncul  tokoh-tokoh seperti:

1. Ma’ruf al-Karkhi

Nama  lengkapnya  Abu  Mahfudz -  Ma’ruf  Fairuz  Al-Karkhy  (wafat 200  H/815 M). Ma’ruf adalah budak  yang dimerdekakan Ali bin Musa Ar-Ridha RA. Dan   merupakan  guru   As-Saqathy


2. Abu al-Hasan Surri al-Saqti

Nama  lengkapnya adalah Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Dia adalah murid Ma’ruf al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di Bagdad. Ia meninggal pada tahun  253 H / 867 M dalam usia 98 tahun.

Kata-kata beliau yang mengandung hikmah  antara lain:

a. “Kekuatan  paling  dahsyat  ialah  nafsu,  karena itu hendaknya kau mampu mengendalikannya. Dan barang siapa tidak mampu mengendalikan dirinya, niscaya dia lebih tidak mampu lagi mengendalikan orang  lain.”

b. Berkata  “Empat moral  utama seorang hamba,  yaitu     meningkatkan  sifat wara’nya,  meluruskan  kehendaknya, melapangkan dadanya bagi makhluk  lain dan memberikan nasihat kepada siapa pun”.

c. Ada empat hal yang harus tetap lestari dalam kalbu seseorang :

1) Rasa takut  hanya  kepada Allah

2) Rasa harap kepada Allah

3) Rasa cinta hanya  kepada Allah, dan

4) Rasa akrab  hanya  kepada Allah.\

d. “Barang siapa, yang ingin keselamatan agamanya, kesejahteraan badannya dan sedikit duka citanya, maka  hendaklah ia menyendiri (‘uzlah) dari orang  banyak”.


3. Abu Sulaiman al-Darani

Nama  lengkapnya adalah Abu Sulaiman – Abdurrahman bin Athiyah Ad-Darany (wafat  215  H/830 M) dari  desa Daran, salah satu wilayah  di Damaskus.

Kata-kata beliau yang mengandung hikmah  antara lain:

a. “Barangsiapa berbuat kebajika  sepanjang hari, maka  akan  dicukupi  di malam hari. Barangsiapa berbuat kebajikan di malam hari, maka  akan  dicukupi  siang harinya.  Siapa  yang  meninggalkan syahwat, Allah SWT akan  menghilangkan syahwat itu  dari  hatinya, dan Maha  Pemurah dari sekedar menyiksa hati karena aadanya syahwat yang ditinggalkan demi menuju  kepadaNya.”

b. “Terkadang beberapa hari dalam ahtiku  ada  cacian yang  menjadikan cacatnya kaum Shufi. Aku tidak  menerimanya kecuali  dengan 2 saksi yanga  dil, yaitu  Al- Kitab dan Sunnah.”


》 Tokoh Tasawuf pada Masa Modern

Pada fase Abad  kelima  Hijriyah (masa modern), fase ini disebut sebagai  fase konsolidasi  yakni  memperkuat tasawuf  dengan dasarnya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits atau  sering disebut dengan tasawuf sunni   yakni   tasawuf  yang   sesuai   tradisi   (sunnah)   Nabi   dan    para sahabatnya.

Tokoh tasawuf pada masa ini adalah:

1. Al-Qusyairi

Nama  lengkap beliau  adalah Abu Qasim Abdul Karim bin Hawazan Al-Qusyairi, biasa dipanggil  dengan Al-Qusyairi saja. Beliaulah  pengarang kitab tasawuf “Risalah Al-Qusyairiyah” setebal 186 halaman. Kitab ini disyarahi oleh Zakaria  Al-Anshari. Imam Al-Qusyairi wafat  pada tahun  466H.

Kata-kata beliau yang mengandung hikmah  antara lain: “Dzikir  itu  symbol wilayah   (kewalian),  dan   merupakan  pelita   hidup.   Sebab  segala  amal perbuatan itu ditujukan  untuk berdzikir. Dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal, sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya tak dapat dibatasi.”


2.  Al-Ghazali

Nama   lengkap  beliau   adalah  Muhammad  bin   Muhammad  bin Ahmad  Al-Imam Abu Hmid Al-Ghazali. Beliau termasyhur dengan sebutan Hujjatul  Islam. Dilahirkan  di Thus, suatu tempat di Khurasan (Iran), pada tahun  450 H atau  pada tahun  1058 M.

Ayahnya  wafat   semasa Al-Ghazali  masih kecil, kemudian Al-Ghazali dan  adiknya  dididik oleh  seorang ahli tasawuf sesuai dengan wasiat sang ayah, karena itu ajaran ilmu tasawuf sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan jiwa Al-Ghazali. Al-Ghazali  karangan tulisan dan  karangan Imam Al-Ghazali bercorak tasawuf yang mashyur yaitu Ihya’ Ulumuddin dan Minhajul Abidin

》 Tokoh Tasawuf pada Masa Kontemporer

Tasawuf pada masa kontemporer atau  pada fase Abad 6-9 Hijriyah dan   sesudahnya,   ditandai   dengan  munculnya   tasawuf  falsafi   yakni tasawuf yang  memadukan antara rasa (dzauq) dan  rasio  (akal),  tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani.

Tokoh-tokohnya antara lain:

1. Ibn Arabi

Nama  lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ahmad bin   Abdullah   Ath-Tha’I   Al-Haitami   Al-Andalusia.   Ia   terkenal   dengan panggilan  Muhyiddin  Ibnu  Arabi.  Ia  lahir  di  Murcia,  Andalusia,  Spanyol, tahun  560 Hijriah (1164 M) dari keluarga terpandang dan wafat  pada tahun638   Hijriah.

Ajaran-ajaran Tasawufnya yakni, Wahdah  Al-Wujud. Ajaran  sentral Ibnu Arabi  adalah tentang wahdah alwujud  (kesatuan wujud). Dalam  kitabnya Ibnu  Arabi,  Al-Futuhat  Al-Makkiyah  menuturkan bahwa Allah adalah wujud  mutlak, yaitu  Zat  yang  mandiri, yang  keberadaannya tidak disebabkan oleh suatu sebab apapun itu. 


2. Umar Ibn Al-Faridh

Umar Ibn Al-Faridh adalah seorang sufi  yang  menjadikan  syair  sebagai  media   dalam mentransformasikan  pemikiran  mistisnya. Nama  lengkapnya  adalah  Syarafuddin  Umar  bin Ali bin al-Mursyid ibn  al-Fârîdh. Beliau dilahirkan  di Kairo pada tanggal 4 Dzulkaidah  576  H, dan  meninggal pada tanggal 2  Jumadil awal  623H, di  al-Qarafa, di  atas bukit  al-Mukattham. 

Ibn al-Fârîdh, menurut para  pengkaji  sastra sufi, dianggap sebagai penyair  mistik paling besar dalam sastra Arab. Ia dikenal  dengan keistimewaannya menggubah syair-syair cinta  ketuhanan. Ia juga  dikenal sebagai seorang penyair  sufi yang  sangat peka  dan  halus perasaannya.


3. Ibn Sabi’in

Nama  lengkapnya adalah Abdul Haqq  bin Ibrahim Muhammad bin Nashr. Ia merupakan kelompok sufi yang  juga  filsuf dari  Andalusia. Ibnu Sab’in lahir  pada tahun   614  H (1217-1218 M) di kawasan Murcia, Spanyol.  Ibnu Sab’in mempunyai asal-usul dari kalangan Arab. Beliau mempelajari ilmu agama dari Mahzab Maliki, ilmu logika, dan filsafat.

Ibnu Sab’in adalah seorang penggagasan  sebuah  paham  dalam  kalangan  tasawuf  Falsafi, yang dikenal  dengan paham kesatuan mutlak. Ibnu Sab’in mengembangkan pahamnya tentang kesatuan mutlak  ke berbagai bidang  bahasan filosofis. Menurutnya,  jiwa  dan  akal  budi  tidak  mempunyai  wujud  sendiri,  tetapi wujud keduanya berasal dari yang satu dan yang satu tersebut justru tidak terbilang.   


4. Ibn Masarrah

Nama  lengkapnya adalah Muhammad bin  Abdullah  bin  Masarrah (269-319 H). Ia merupakan seorang sufi sekaligus filsuf dari  Andalusia, Spanyol. .    Menurut    Musthafa   Abdul   Raziq   mengatakan   bahwa  Ibnu Masarrah termasuk sufi Ittihadiyyah.

Diantara  ajaran-ajaran Ibnu Masarrah adalah sebagai berikut:

1. Jalan menuju  keselamatan adalah menyucikan jiwa, zuhud, dan mahabbah, yang merupakan asal dari semua kejadian.

2. Dengan  penakwilan ala Philun atau  aliran Isma’iliyyah terhadap ayat-ayat Alquran, ia menolak adanya kebangkitan jasmani.

3. Siksa neraka bukanlah dalam bentuk  yang hakikat.


Kesimpulan

Dari uraian  makalah ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Tokoh-tokoh  tasawuf pada masa klasik  yakni  Hasan al-Basri dengan kehidupan zuhudnya, Ibrahim Ibn Adham  dengan kehidupan zuhudnya dan  Rabi’ah al Adawiyah  dengan cintanya kepada Allah SWT.

2. Tokoh-tokoh  tasawuf  pada  masa  abad  pertengahan  yakni, Ma’ruf al-Karkhi dengan cintanya terhadap Allah,  Abu al-Hasan al-Saqti dengan pengabdiannya sebagai  hamba Allah dan  Abu Sulaiman al-Darani dengan kerohanian hidupnya.

3. Tokoh-tokoh pada masa modern yakni ada  Al-Qusyairi dan  Al- Ghazzali sama-sama dengan ajaran tasawufnya yakni sunni.

4. Tokoh-tokoh pada masa kontemporer yakni, Ibnu Arabi dengan kehidupan yang  wahdatul wujud, Umar Ibn Faridh  dengan syair kesufiannya, Ibnu Sabi’in dengan ajaran mengembalikan wujud Allah, dan  Ibnu Masarrah yaitu  dengan ajarannya keselamatan adalah dengan mensucikan jiwa.



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer