Maqamat Tasawuf : Khauf dan Raja'
A. Pengertian Khauf Raja'
1. Pengertian Khauf
Secara etimologi khauf berasal dari bahasa arab khafa, isim masdarnya khufaa yang berarti ketakutan, dalam KBBI, khauf adalah kata benda yang memiliki arti ketakutan atau kekhawatiran. Kekhawatiran sendiri merupakan kata sifat yang bermakna takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui pastinya. Sedangkan takut adalah kata sifat yang memiliki beberapa makna seperti, merasa gentar menghadapi suatu yang dianggap akan mendatangkan bencana, tidak berani, gelisah, dan khawatir. Jadi makna dari khauf itu sendiri berarti perasaan gelisah atau cemas terhadap sesuatu yang yang dimana hal itu belum diketahui dengan pasti.
Adapun secara terminologi, sebagaimana diuraikan dalam kamus tasawuf, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya., takut atau khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya.
Para ulama’ membahagi khauf menjadi lima macam:
Khauf Ibadah, yaitu takut kepada Allah, karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghina siapa yang dikehendaki-Nya, dan menahan dari siapa yang dikehendaki-Nya. Di tanganNya-lah kemanfaatan dan kemudharatan. Inilah yang diistilah olah sebahagian ulama‟ dengan Khaufus-Sirr.
Khauf Syirik, yaitu memalingkan ibadah qalbiyah ini kepada selain Allah, seperti kepada para Wali, Jin, Patung-patung, dan sebagainya.
Khauf Maksiat, seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan karena takut dari manusia dan tidak dalam keadaan terpaksa . Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain syaitan-syaitan yang menakutinakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musryik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benarbenar orang-orang yang beriman. “
Khauf Tabiat, seperti takutnya manusia dari ular, takutnya singa, takut tenggelam, takut api, atau musuh, atau selainnya. Allah berfirman tentang Musa, “Karena itu, jadilah manusia di kota itu merasa takut menungggu dengan khawatir (akibat perbuatannya).
Khauf Wahm, yaitu rasa takut yaang tidak ada penyebabnya, atau pengebabnya tetapi ringan. Takut yang seperti ini amat tercela bahkan memasukkan pelaku ke dalam golongan para penakut.
2. Pengertian Raja'
Raja’ secara bahasa berarti perasaan gembira menanti atau berharap apa yang
disukai. Dalam istilah syariat, Raja’ adalah perasaan gembira akan karunia Allah swt.
Dan berharap mendapat pemberian-Nya, disertai dengan sikap percaya akan kebaikan
Allah swt. Dengan sikap Raja’ ini hati akan terbimbing melangkah sampai negeri yang
diidam-idamkan yaitu syurga Allah swt.
Secara terminologi, raja’ diartikan sebagai sesuatu sikap mental optimis dalam
memperoleh karunia dan nikmat Ilahi yang disediakan bagi hamba-hamba-Nya yang
shaleh \
Ibnul Qoyyim membagi raja’ kepada tiga bagian, dua diantaranya raja’ ; yang
benar dan terpuji pelakunya, sedang yang lainnya tercela. Raja’ yang menjadikan
pelakunya terpuji; pertama, seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada
Allah diatas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahala-Nya; kedua, seseorang yang
berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah,
kebaikan-Nya dan kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelakunya tercela:
seseorang terus-menerus dalam kesalahankesalahanya lalu mengharap rahmat Allah tanpa dibarengi amalan; raja‟ yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah
harapan yang dusta.
Raja’ menuntut adanya khauf dalam diri seseorang mukmin, yang dengan itu akan
memacukan untuk melakukan amalan-amalan sholeh, tanpa disertai khauf, raja’ hanya
akan bernilai sebuah fatamorgana. Sebaliknya khauf juga menuntut adanya raja’ tanpa
raja’, khauf hanyalah berupa keputusan tak berarti Jadi, khauf dan raja’ harus
senantiasa menyatu dalam diri seorang mukmin dalam rangka menyeimbangkan
hidupnya untuk tetap istiqomah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi laranganlarangan-Nya mengharap pahala dan takut akan siksaNya. Keduanya ibarat dua sayap
burung yang denganya ia dapat menjalani kehidupannya dengan sempurna
B. Dalil Mengenai Khauf dan Raja'
1. Dalil Khauf
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
2. Dalil Raja'
مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Untuk itu, barang siapa yang mengharab berjumpa dengan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengajarkan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan dengan apapun dalam beribadah kepada Rabbnya”. (QS. Al-Kahfi: 110)
C. Contoh Perilaku Khauf dan Raja’
Antara khauf dan raja' tidak boleh berat sebelah. Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa takut (khauf), maka akan terjerumus dalam akidah khawarij yang putus asa dari rahmat Allah padahal Allah Maha Pengasih. Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa raja’ (berharap), maka akan terjerumus dalam akidah murji’ah yang menghilangkan rasa takut kepada Allah, hanya menonjolkan ampunan dan rasa harap padahal Allah juga “syadidul iqab” yaitu keras azabnya.
1. Contoh Perilaku dan Sikap Tidak Terpuji dari Khauf dan Raja’
Orang yang raja’ memiliki rasa optimism yang terlalu tinggi, sehingga tidak memiliki rasa takut dengan dosa yang telah, sedang, atau akan diperbuatnya. Dia akan merencanakan taubat apabila dia sudah puas berbuat kemaksiatan.
Sebalikya, orang dalam keadaan khauf yang berlebihan akan memiliki hidup yang kacau dan berantakan. Rasa bersalah akan dosa besar yang dilakukannya menutupi harapan dia kembali ke jalan yang benar. Dia yakin bahwa semua kebaikan yang dilakukan tidak dapat menebus dosanya sehingga dia tidak segra bertaubat justru semakin tenggelam dalam kemaksiatan.
2. Contoh Perilaku dan Sikap Terpuji dari Khauf dan Raja’
a. Perilaku dan Sikap Khauf
Selalu mengingat siksaan Allah jika ingin berbuat maksiat
Jangan mengingat kebaikan yang kita berbuat dan ingatlah dosa yang kita perbuat
Senantiasa berwaspada dengan godaan-godaan untuk bermaksiat
Selalu berusaha meningkatkan ibadah kita
Sangat berhati-hati dengan perilaku dan ucapannya
Selalu merasa diawasi oleh Allah, sehingga kita menjauhi laranganlarangan Allah.
b. Perilaku dan Sikap Raja’
Senantiasa mengaharapkan pengampunan kepada Allah swt
Selalu mengharapkan kemuliaan dan pahala dari Allah semata bukan dari manusia
Berharap kehidupan bahagia dunia dan akhirat hanya kepada Allah swt
Senantiasa mengharap ridho dan rahmat dari Allah swt.
Selalu berfikir positif
Serta memiliki rasa tanggung jawab, penganyom dan pelindung.
Selalu bersyukur dengan rahmat dari Allah.
Kesimpulan
Antara khauf dan raja’ harus seimbang dan berhubungan, kekurangan khau menyebabkan seseorang lalai dan berani melakukan maksiat, sedangkan khauf yang berlebihan akan menjadikan putus asa dan pesimis. Begitu pula dengan sebaliknya, apabila sikap khauf dan raja’ terlalu besar dan berlebihan, akan membuat orang menjadi sombong dan meremehkan amalan-amalan karena rasa optimisnya yang berlebihan.
Komentar
Posting Komentar