Strategi Penyebaran Islam di Nusantara oleh Wali Songo

 


Walisongo dalam menyebarkan Islam menggunakan beragam strategi sehingga mempermudah penyebaran dan dakwah Islam di Nusantara, diantaranya:

1.       Lewat Asimilasi Pendidikan

Para Walisongo menggunakan jalur pendidikan dalam menyebarkan agama Islam di nusantara yakni dengan mendirikan pesantren. gembangan pendidikan pesantren mula-mula dirintis oleh Syeh Maulana Malik Ibrahim adalah model pendidikan islam yang mengambil bentuk pendidikan biara dan asrama yang dipakai pendeta dan biksu dalam belajar dan mengajar yang pengaruhnya masih terlihat sampai pendidikan sekarang.

Proses Asimilasi yang dilakukan para wali merupakan usaha mengambilalih lembaga pendidikan Syiwa-Buddha yang disebut asrama atau dukuh yang diubah disesuaikan dengan ajaran Islam menjadi lembaga pendidikan pondok pesantren

2.       Lewat Seni dan Budaya

Dalam kebudayaan Jawa Walisongo memberikan andil yang sangat besar. Walisongo mempunyai sikap yang moderat terhadap kebudayaan lokal. Mereka mengadopsi kebudayaan dan tradisi lokal, dan mengisinya dengan dengan nilai-nilai Islam. Sehingga masyarakat muslim di bawah kepemimpinan Walisongo menghormati kebudayaan lokal yang sudah ada dan berkembang bersamaan dengan kebudayaan Islam.

Tiga contoh strategi budaya yang dikembangkan oleh Walisongo, yakni aristektur masjid sebagai representasi tatanan sosial egaliter, wayang sebagai sarana membangun teologi umat, dan kreasi seni Islam bernuansa budaya lokal.

a.       Arsitektur Masjid sebagai Representasi Tatanan Sosial Egaliter

Arsitektur masjid dapat dipandang sebagai bentuk adopsi dari konsep masjid yang ada di Timur Tengah dengan vihara, pura, dan candi. Atap masjid yang tersusun dari atas tiga lapis atap sebagaimana dapat dilihat pada Masjid Agung Demak dan masjidmasjid lainnya dapat dipandang sebagai bentuk adopsi dari pura dan juga diangap sebagai adopsi dari konsep arsitektur candi agama Budha. Hanya saja, Islam memberikan penjelasan teologi yang berbeda dari agama Budha. Dalam Islam, proses perjalanan ruh manusia dari alam arwah ke alam dunia ke alam kubur, dan selanjutnya ke alam akhirat hanya berlangsung sekali.

Kedua, mustaka masjid yang berbetuk seperti nanas adalah khas Indonesia. Hal ini lebih merupakan model dari arsitektur Pura atau Vihara dalam budaya Jawa. Walisongo lebih menekankan pada dimensi esensi daripada dimensi artifisial dalam beragama. Mereka dapat membedakan antara inti ajaran dari kebudayaan yang melingkupinya.

Ketiga, menara-menara masjid yang dibangun pada masa Walisongo maupun masa setelahnya sangat khas dengan budaya Jawa. Fenomena arsitektur masjid yang dikembangkan oleh Walisongo merepresentasikan suatu tatanan masayarakat baru yang egaliter, inklusif, dan transformatif.

b.       Wayang sebagai Sarana Membangun Teologi dan Konstruksi Sosial

Wayang merupakan bentuk kebudayaan Hindu-Budha yang diadopsi. Oleh para wali, wayang dijadikan sebagai sarana untuk mendakwahkan Islam yakni dengan mengonstruk wayang tersebut kedalam teologi Islam sebagai pengganti dari teologi Hindu. u. Walisongo mengadopsi kisah-kisah tersebut dengan memasukkan unsur nilai-nilai Islam dalam plot cerita tersebut.

Pada prinsipnya, walisogo hanya mengadopsi instrumen budaya Hindu yang berupa wayang, dan memasukkan nilai-nilai Islami untuk menggantikan filsafat dan teologi Hindu (dan tentunya juga teologi Budha) yang terdapat di dalamnya.

c.       Kreasi Seni Islam Bernuansa Budaya Lokal

Banyak sekali kreasi budaya yang dikembangkan oleh Walisongo diantaranya kreasi Walisongo yang berupa tembang macapat, lagu-lagu pujian keagamaan, lagulagu dolanan, dan bentukbentuk permainan untuk anak-anak dan remaja.

3.       Lewat Perkawinan

Pada Jalur ini,dapat terjadi karena adanya hubungan antara pedagang muslim,Muballigh dengan Anak bangsawan yang ada di Nusantara. Pedagang Muslim memiliki Status yang lebih baik ketimbang kebanyakan Pribumi. Sehingga menjadi salah satu pendorong Para Putri bangsawan untuk menikah dengan Saudagar. Dengan demikian proses islamisasi menjadi lebih cepat. Para wali yang menggunakan jalur Pernikahan diantaranya:

a.       Sunan Gresik menikahi putri raja di Champa ,yang bernama Siti Fathimah binti Ali nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan).dan dikaruniai 2 anak.

b.       Sunan Ampel menikahi Putri seorang Adipati di Tuban (Wilwatikta Arya Teja),yakni Nyai Ageng Manila(Putri Raja Majapahit)atau disebut juga dengan Dewi Condrowati. Dari pernikahan tersebut dikaruniai beberapa anak,salah satunya ada Sunan Bonang dan Sunan Drajat.

c.       Sunan Bonang mengikah dengan putri Raden Arya Jakandar (Sunan Malaka) yakni Dewi Hindri.

d.       Sunan Kalijaga (Raden Sahid) menikah dengan adik Sunan Gunung Jati,Yang bernama Siti Zaenah. Kemudian Sunan Kalijaga juga meniukah dengan adik bungsu Sunan Bonang yakni Dewi Sarah(putri Maulana Ishak). Dari pernikahan itu memiliki 3 anak,satu diataranya Raden Umar Said (Sunan Muria)

e.       Sunan Gunung Jati omenikah dengan adik dari Raden Trenggono.

 

4.       Lewat Perekonomian

Dakwah lewat jalur ini diantaranya :

a.       Sunan Kalijaga menyumbangkan karya-karya yang berkenaan dengan pertanian seperti filsafat bajak dan cangkul yang dapat menumbuhkan kemudahan bagi masyarakat sehingga, beliau berharap dapat menarik perhatian dan ketaatan masyarakat agar menuruti ajakan Sunan Kalijaga serta wali-wali lainya.

b.       Sunan Ampel juga pernah menarik perhatian banyak orang dari segala penjuru dengan mengubah nama sungai Brantas yang menuju ke Surabaya dengan nama Kali Emas. Sehingga banyak orang berbondong-bondong datang ke Surabaya untuk mencari Emas dan Perak. Disitulah Sunan Ampel memperkenalkan Islam.

c.       Sunan Kudus dalam Kesultanan Demak Bintoro dan Sunan Gunung Jati di Kesultanan Cirebon berusaha menguasai kebutuhan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat, baik itu kebutuhan yang bersifat material maupun spriritual.


Materi Lengkap

download papper

download ppt



















Komentar

Postingan Populer