Kerajaan Mataram Islam & Kerajaan Pajang

 

Kerajaan Mataram Islam

1.      Sejarah Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Awal berdirinya yaitu setelah kerajaan Demak runtuh, kerajaan Pajang merupakan satu-satunya kerajaan di Jawa Tengah. Namun demikian raja Pajang masih mempunyai musuh yang kuat yang berusaha menghancurkan kerajaannya, ialah seorang yang masih keturunan keluarga kerajaan Demak yang bernama Arya Penangsang. Raja kemudian membuat sebuah sayembara bahwa barang siapa mengalahkan Arya Penangsang atau dapat membunuhnya, akan diberi hadiah tanah di Pati dan Mataram. Ki Pemanahan dan Ki Penjawi yang merupakan abdi prajurit Pajang berniat untuk mengikuti sayembara tersebut. Di dalam peperangan akhirnya Danang Sutwijaya berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang. Sutawijaya adalah anak dari Ki Pemanahan, dan anak angkat dari raja Pajang sendiri. Namun karena Sutawijaya adalah anak angkat Sultan sendiri maka tidak mungkin apabila Ki Pemanahan memberitahukannya kepada Sultan Adiwijaya. Sehingga Kyai Juru Martani mengusulkan agar Ki Pemanahan dan Ki Penjawi memberitahukan kepada Sultan bahwa merekalah yang membunuh Arya Penangsang. Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan Mentaok dan Ki Penjawi memperoleh tanah di Pati.

2.      Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan Mataram Islam

·         Bidang Ekonomi

Letak kerajaan Mataram di pedalaman, maka Mataram berkembang sebagai kerajaan agraris yang menekankan dan mengandalkan bidang pertanian. Sekalipun demikian kegiatan perdagangan tetap diusahakan dan dipertahankan, karena Mataram juga menguasai daerah-daerah pesisir. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah persawahan yang luas terutama di Jawa Tengah, yang daerahnya juga subur dengan hasil utamanya adalah beras, di samping kayu, gula, kapas, kelapa dan palawija. Sedangkan dalam bidang perdagangan, beras merupakan komoditi utama, bahkan menjadi barang ekspor karena pada abad ke-17 Mataram menjadi pengekspor beras paling besar pada saat itu. Dengan demikian kehidupan ekonomi Mataram berkembang pesat karena didukung oleh hasil bumi Mataram yang besar.

·         Bidang Politik

Pendiri kerajaan Mataram adalah Sutawijaya. Ia bergelar Panembahan Senopati, memerintah tahun (1586 – 1601). Pada awal pemerintahannya ia berusaha menundukkan daerah-daerah seperti Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan Cirebon serta Galuh. Sebelum usahanya untuk memperluas dan memperkuat kerajaan Mataram terwujud, Sutawijaya digantikan oleh putrany yaitu Mas Jolang yang bergelar Sultan Anyakrawati tahun 1601 – 1613. 

Pada tahun 1625 hampir seluruh pulau Jawa dikuasainya kecuali Batavia dan Banten. daerah-daerah tersebut dipersatukan oleh Mataram antara lain melalui ikatan perkawinan antara adipati-adipati dengan putri-putri Mataram, bahkan Sultan Agung sendiri menikah dengan putri Cirebon sehingga daerah Cirebon juga mengakui kekuasaan Mataram. Sultan Agung juga berusaha mengusir VOC Belanda dari Batavia. Untuk itu Sultan Agung melakukan penyerangan terhadap VOC ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629 akan tetapi serangan tersebut mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan serangan terhadap VOC antara lain karena jarak tempuh dari pusat Mataram ke Batavia terlalu jauh kira-kira membutuhkan waktu 1 bulan untuk berjalan kaki, sehingga bantuan tentara sulit diharapkan dalam waktu singkat. Dan daerahdaerah yang dipersiapkan untuk mendukung pasukan sebagai lumbung padi yaitu Kerawang dan Bekasi dibakar oleh VOC, sebagai akibatnya pasukan Mataram kekurangan bahan makanan. Dampak pembakaran lumbung padi maka tersebar wabah penyakit yang menjangkiti pasukan Mataram, sedangkan pengobatan belum sempurna. 

·         Bidang Sosial Budaya 

Dalam bidang kebudayaan, seni ukir, lukis, hias dan patung serta seni sastra berkembang pesat. Hal ini terlihat dari kreasi para seniman dalam pembuatan gapura, ukiran-ukiran di istana maupun tempat ibadah. Contohnya gapura Candi Bentar di makam Sunan Tembayat (Klaten) diperkirakan dibuat pada masa Sultan Agung.Contoh lain hasil perpaduan budaya Hindu-Budha-Islam adalah penggunaan kalender Jawa, adanya kitab filsafat sastra gending dan kitab undang-undang yang disebut Surya Alam. Contoh-contoh tersebut merupakan hasil karya dari Sultan Agung sendiri. Di samping itu juga adanya upacara Grebeg pada hari-hari besar Islam yang ditandai berupa kenduri Gunungan yang dibuat dari berbagai makanan maupun hasil bumi. Upacara Grebeg tersebut merupakan tradisi sejak zaman Majapahit sebagai tanda terhadap pemujaan nenek moyang.        

Kerajaan Pajang

1.      Sejarah Kerajaan Pajang

Berdirinya kerajaan Pajang pada akhir abad ke XVI M, merupakan tanda berakhirnya kerajaan Islam yang berpusat di pesisir Utara Jawa yang kemudian bergeser masuk ke daerah pedalaman dengan corak agraris. Jika berbicara mengenai kerajaan ini, maka erat kaitannya dengan keruntuhan Kerajaan Demak. Di akhir kekuasaan kerajaan Demak, terjadi peperangan antara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Peperangan itu terjadi pada tahun 1546 M, ketika sultan Demak telah meninggal dunia. 

Pertempuran tersebut kemudian dimenangkan oleh Jaka Tingkir. ketika terjadi konflik antara Aria Penangsang dan Joko Tingkir, sebenarnya sunan Kudus kurang setuju dengan Joko Tingkir. Namun hal tersebut kandas, ketika Jaka Tingkir berhasil memindahkan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang. Pengesahan Joko Tingkir atau biasa disebut dengan gelar Hadiwijaya menjadi sultan pertama kerajaan ini dilakukan oleh Sunan Giri. Sebelum resmi mendirikan kerajaan ini, Jaka Tingkir yang berasal dari daerah Pengging ini, sudah memegang jabatan sebagai penguasa di daerah Pajang pada masa Sultan Trenggono. Kerajaan ini juga dinilai sebagai pelanjut dan pewaris dari kerajaan Demak. Joko Tingkir memerintah kerajaan pajang selama dua puluh tahun (1568-1586 M). Kerajaan Pajang terletak di daerah Kartasura dan merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Kerajaan Pajang ini tidak berusia lama, karena kemudian bertemu dengan suatu kerajaan Islam besar yang juga terletak di Jawa Tengah yaitu kerajaan Mataram. 

Pada awal berdirinya, wilayah kekuasaan Pajang hanya meliputi daerah Jawa Tengah. Hal itu disebabkan karena setelah kematian Sultan Trenggono, banyak wilayah jawa Timur yang melepaskan diri. Namun pada tanggal 1568 M, Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam Kesempatan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri – negeri Jawa Timur, maka secara sah kerajaan Pajang telah berdiri. Selanjutnya kerajaan pajang mulai melakukan ekspansi ke beberapa wilayah, meliputi wilayah jawa timur.

2.      Kehidupan Masyarakat Pada Masa Kerajaan Pajang 

·         Bidang Ekonomi

Pada masa kerajaan Pajang masyarakatnya bercorak kehidupan agraris, masyarakat di kerajaan tersebut mengandalkan dalam bidang pertanian, hal tersebut disebabkan karena tanah di kerajaan Pajang sangat subur. Hingga pada suatu waktu kerajaan Pajang mengalami kemajuan dalam sector pertanian, hal tersebut dibuktikan dengan kerajaan Pajang pada abad ke 16- 17M menjadi salah satu lumbung beras. Karena dalam pengairan persawahan atau irigasi berjalan lancar dengan aliran air dari kali Pepe, kali Dengkeng, dan juga sungai bengawan Solo. Namun disisi lain masayarakat Pajang memiliki kelemahan dalam bidang perdangan salah satu penyebabnya yaitu letak geografis kerajaan Pajang yang di sekitar pedalaman sehingga kurang terampil dalam perdagangan yang menggunakan jalur laut, sehingga menyebabkan kerajaan Pajng menjadi tertinggal dengan kerajaan lain tertutama dalam bidang perdagangan.

·         Kehidupan Politik

Pada masa kepemmimpinan Sultan Handiwijaya kerajaan Pajang mengalami kejayaan, dan pada saat itu Sutawijaya memimpin mataram hingga berkembang pesat, karena hal tersebut maka Sutawijaya enggan untuk menghadap Pajang, dan pada tahun 1582 terjadi perang antara Pajang dan Mataram, dan dimenangkan oleh Mataram, dan setelah perang Hadiwijaya pun jatuh sakit dan meninggal. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan antara putra dan menantunya yaitu Pangeran Bawana dan Arya Pangiri, dan Arya Pangiri pun berhasil naik tahta. Pada saat Arya Pangiri berkuasa beliau melakukan balas dendam kepada Mataram dan kehidupan rayat Pajang yang terabaikan, kemudian terjadi perang antara Pajang dengan Sutawijaya yang bersekutu dnegan Pangeran Benawa, dan berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri, dan akhirnya Pangeran Buwana menjadi raja Pajang.

·         Kehidupan Sosial Budaya

Kerajaan Pajang merupakan kerjaan yang bercorak islam, namun dalam kehidupannya mereka masih sedikit menggunakan tradisi hindu buddha, alkulturasi budaya antara agama islam dan hindu pun masih terlihat, sebagai contoh adalah bentuk arsitektur masjid Laweyan yang mirip dengan bentuk kelenteng Jawa. Dl.alam kehidupan beragama dikerajaan Pajang Islam Kejawen berkembang pesat. Kerajaan Pajang menganut agama Islam tetapi adat istiadatnya masih dipertahankan juga, seperti contohny adalah pendidikan kasatupan yaitu pendidikan pribadi yang ditempuh dengan cara tertentu seperti bertapa, berpuasa, dan juga berpantang dengan tujuan untuk mendapatkan kesaktian.

Komentar

Postingan Populer