Nilai-Nilai Dan Tradisi Keulamaan Nusantara
A. Corak Pemikiran Ulama Nusantara
1.
Abdul Halim Hasan (Binjai)
Abdul Halim Hasan lahir di Binjai pada tanggal 15 mei
1901. Orang tuanya bernama Haji Hasan, seorang petani, masa kecil Abdul Halim
Hasan Binjai mencerminkan seorang anak yang dahakan akan ilmu-ilmu keIslaman. Kedalaman
ilmu dan luasnya wawasan yang beliau memiliki kemudian membentuk seorang ulama
yang terkenal dengan pemikiran yang moderat.
Abdul Halim sangat rajid menulis, dan sering
diterbitkan di media al-Islam yang diterbitkan di Sumatera Timur waktu itu.
karyanya yang paling monumental adalah Tafsir Al-Qur’an al-Karim yang ditulis
bersama dua orang temannya, dan Tafsir al-Ahkam Karyanya yang lain adalah: Bingkisan
Adab dan Hikmah; Sejarah Fikih; Wanita dan Islam; Hikmah Puasa; Lailat alQadar;
Cara Memandikan Mayat; 3 Tarikh Tamaddun Islam; Sejarah Kejadian Syara` Tulis
Arab (diterbitkan di Malaysia); Tarekh Abi al-Hasan al-Asy`ari; Sejarah
Literatur Islam;dan Poligami dalam Islam.
Quraish Shihab, mengatakan bahawa corak penafsiran
yang dikenal selama ini, antara lain: corak sastra bahasa, corak filsafat,
corak teologi, corak penafsiran ilmiah, corak fiqih atau hukum, corak tasawuf,
dan corak sastra budaya.
2.
Syeikh Muhammad Azhari bin Abdullah Al-Palimbani
Syekh Muhammad Azhari Al-Palimbani adalah putra ke
delapan, dilahirkan oleh Ibunya Nyimas Rabibah binti Kemas Hasanuddin bin Kemas
Sinda pada malam Jum‘at, pukul satu, tanggal 27 Jumadil akhir, sanah 1226 H/1811
M, di kampong Pedatu’an, (kini disebut kampung 12 Ulu) Palembang.
Konsep pemikiran kalam Syekh Muhammad Azhary bin Ahmad
AlPalembani terdapat dalam Kitab ‘Athiyat Al-Rahman. Di dalam karyanya, Athiyah
Al-Rahman, Syekh Muhammad Azhary bin Ahmad Al-Palembani mengawali isi kitabnya
dengan mengemukakan kewajiban setiap setiap Muslim untuk beriman kepada Allah
dan kepada yang lainnya sebagai lazim dikenal dengan istilah Rukun Iman. Dia
menyebutkannya dengan istilah qawa’id al-iman yang berarti kaidah-kaidah iman.
3.
Syeikh Kemas Muhammad Azhari bin Abdullah bin
Asyikuddin Al-Palimbani
Syeikh Syeikh Kemas Muhammad Azhari bin Abdullah bin
Asyikuddin AlPalimbani, lahir pada tahun 1856 di sekitar kampung 26 Ilir
Palembang. Bidang yang digelutinya adalah ketauhidan dan tasawuf sehingga kedua
bidang inilah yang banyak dia tulis dalam karya-karyanya.
Corak pemikiran kalam Syeikh Kemas Muhammad Azhari bin
Abdullah bin Asyikuddin Al-Palimbani (1273 H/1856M-1351H/1932 M), tergambar
dalam kitab ‘Aqaid Iman yang berhasil ditemukan edisi kedua yang diterbitkan
oleh penerbit Ali Musawi Palembang tahun 1931. Kitab ‘Aqaid Iman ini berisi
penjelasan tentang sifat 20 wajib bagi Allah SWT.
4.
Lanre Said
Dalam pandangan putera pertamanya, Muttaqin Said,
pemikiran keagamaan Lanre Said merupakan pemikiran yang memadukan ajaran atau
paham Sufi dan Salafi. Tasawuf yang diamalkannya adalah Tasawuf Akhlaqi yaitu
ajaran yang diambil dari dimensi akhlak, yang mengedepankan keikhlasan,
kesabaran, ketekunan dalam beribadah, kesederhanaan, mengedepankan kepentingan
masyarakat, dan mendidik dengan sepenuh hati. Dalam pemikirannya, Lanre Said
tidak mencela ajaran Sufi selama ajaran tersebut tidak bertentangan dan masih
dalam koridor al-Qur'an dan Hadis serta contoh dari para salafusshaliḥ.
Pemikiran fikih Lanre Said tentu saja sangat
dipengaruhi oleh gurunya yaitu KH. As’ad Al-Bugisi yang berpemahaman madhhab
Syafi’i. Meskipun demikian, dalam penerapannya, Lanre Said termaksud ulama yang
menyuarakan kemerdekaan dalam bermadhhab. Lanre Said bukanlah orang yang
fanatik terhadap pemikirannya saja. Ia selalu mewasiatkan untuk terus belajar
dan mencari kebenaran dari Al-Qur’an, hadis, dan bukubuku para ulama.
B. Kisah Ulama Nusantara di Dunia Internasional
1.
Syekh Nawawi Banten
Syekh Nawawi Banten dilahirkan di desa Tanara, Serang,
Banten pada tahun 1230 H/1815 M. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Syawal 1314
H/1897 M. dalam usia 84 tahun. Nama lengkapnya adalah Abu Abd al-Mu’ti Muhammad
Nawawi ibn Umar at-Tanari al-Jawi al-Bantani. Ia dilahirkan dalam keluarga yang
saleh dan memiliki tradisi relijius sebagai keturunan dari keluarga raja-raja
dan bangsawan kesultanan Banten. Ayahnya, KH. Umar bin Arabi adalah ulama dan
penghulu desa Tanara dan juga pemimpin sebuah masjid di desa yang menjadi cikal-bakal
berdirinya pesantren milik keluarganya. Dari pesantren inilah ia mengawali
pendidikannya. Syaikh Nawawi merupakan contoh ulama Indonesia yang memiliki
intelektual tinggi dan keilmuannya diakui oleh para ulama di Arab dan di dunia
Islam pada umumnya. Walaupun dia orang Indonesia, namanya membumbung tinggi
melalui kitab-kitab karya tulisnya yang ditulis dalam Bahasa Arab dan kitabnya
tersebut terus dikaji sampai sekarang di berbagai belahan dunia Islam, termasuk
di Pesantren-Pesantren di Indonesia.
2.
Kyai Hasim Ashari
Kyai yang akrab di panggil Mbah Hasyim ini memiliki
nama lengkap Muhammad Hasyim Asy’ari. Ia dilahirkan dari keluarga keturunan
kyai besar (keluarga pesantren) di Jawa pada tanggal 14 Februari 1871 (24
Dzulqa’dah 1287) dikota Jombang Jawa Timur, tepatnya di desa Gedang.
Secara garis besar peran dan pengaruh KH. Hasyim Asy’ari di
Indonesia meliputi dua aspek, meliputi: aspek keislaman dan aspek kebangsaan.
Pada aspek keislaman yang di maksud disini adalah aktivitas dan pemikiran KH.
Hasyim dalam menjaga kemurnian agama Islam. Sedangkan aspek kebangsaan adalah
berupa aktivitas dan pemikirannya terhadap Bangsa Indonesia. Adapun pengaruh
KH. Hasyim Asy’ari dalam tingkat Internasional adalah pengaruhnya dalam menjaga
kemaslahatan Islam dunia dengan melegitimasti pembentukan panitia Hijaz.
Komentar
Posting Komentar